Langsung ke konten utama

Radikalisme Ideologi Menguasai Kampus

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4uw7n_uZfs_zbF3YTmiZ2nGu_tiaQEp2lOV-jKoO2e2MN0CQX5mtrTtxTv6bTwO0NNPP04NNzaQ4zOCU_Cyj_SBgXTdfoTcGSHOaTOQbSuCOgCP_mqzKPRgJ6Wd7gcwovrRkPgbtETxkG/s1600/radikalisme-media-dan-oendidikan-ideapers.com.jpg

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Anas Saidi mengatakan radikalisme ideologi telah merambah dunia mahasiswa melalui proses Islamisasi. Proses itu dilakukan secara tertutup dan menurutnya, berpotensi memecah belah bangsa.

"Radikalisme ideologi jika tidak dicegah dari sekarang bukan mustahil Indonesia menjadi negara yang porak poranda dan dipecah karena perbedaan ideologis," kata Anas saat diskusi Membedah Pola Gerakan Radikal, di Gedung LIPI, Jakarta, Kamis (18/2).

Pasca reformasi peta gerakan mahasiswa telah berubah. Kelompok Cipayung yang sebelumnya dianggap mendominasi gerakan Islam di kampus, kini digeser oleh kelompok lain yang turut menyebarkan radikalisasi ideologi.

Anas menyebut beberapa organisasi kemahasiswaan itu, salah satunya Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Kelompok ini dinilai memiliki hubungan ideologis dengan kelompok radikal internasional Ikhwanul Muslimin.


"Hampir tidak ada dalam dunia mahasiswa yang tidak dikuasai oleh kelompok Ikhwanul Muslimin, Salafi, dan Hizbut Tahrir Indonesia. KAMMI adalah kepanjangan dari Ikhwanul Muslimin," kata Anas.

Di kampus, lanjut Anas, kelompok ini lebih banyak melakukan radikalisme ideologi dengan cita-cita mendirikan negara Islam versi mereka sendiri. Jika hal ini tidak dicegah secepatnya, menurut Anas, kemungkinan besar Indonesia akan terjadi perang saudara.

Menurut peneliti LIPI Endang Turmudi, kelompok seperti Ikhwanul Muslimin memiliki pandangan keyakinan dan sikap fundamentalisme puritan kaku. Mereka selalu merasa paling benar dan menganggap kelompok lain salah. Tujuan mereka membangun negara Islam, bahkan untuk mewujudkannya dibolehkan menggunakan cara-cara kekerasan

"Mereka yang tidak mendirikan negara Islam dianggap kafir, halal untuk diperangi karena thogut," kata Endang.

Anas menuturkan, Islamisasi yang ada di dunia mahasiswa berkaitan dengan radikalisasi ideologi. Sayangnya, proses itu dilakukan secara tertutup oleh kelompok tersebut. Mereka cenderung anti kepada perbandingan mazhab dan monolitik.

"Sebagian besar orang membaca bukunya Gus Dur atau Nurkholis itu diharamkan, akibat monolitik inilah yang menurut saya punya potensial radikalisasi ideologi. Ini ciri khas dari monolitik yang berbahaya sekali," katanya.

Radikalisme ideologi yang dilakukan di kampus juga mengancam ideologi pancasila. Berdasarkan hasil riset, kata Anas, mahasiswa yang belajar ilmu eksak lebih mudah direkrut kelompok radikal dibandingkan mahasiswa di bidang ilmu sosial. Proses perekrutan, jaringan, hingga pemeliharaan jaringan mereka dilakukan secara terorganisir.

Anas menunjukkan hasil survei bahwa 25 persen siswa dan 21 persen guru menyatakan pancasila tidak lagi relevan. Sementara 84,8 persen siswa dan 76,2 persen guru menyatakan setuju dengan penerapan syariat islam.

Sementara pada survei tahun lalu, empat persen orang Indonesia menyetujui kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka berumur antara 19-25 tahun. Sedangkan 5 persen di antaranya adalah mahasiswa.

"Kalau data ini dipercayai, maka 10 juta umat islam simpatik kepada ISIS. Itu angka yang cukup mengejutkan," ujar Anas.

Dia meminta pemerintah turun tangan agar Islamisasi di dunia mahasiswa dilakukan secara terbuka. Sehingga dalam prosesnya, mereka bisa menerima perbedaan pendapat dari berbagai kelompok.

"Dalam ranah pendidikan sebagai agensi, pemerintah harus campur tangan, Kemendiknas dan Kemenag mestinya punya cetak biru mengawasi persoalan kurikulum dari SD sampai universitas," katanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pancasila Sudah Bersifat Final

Maraknya agenda-agenda yang mengarah upaya mengganti dasar dan bentuk negara termasuk agenda yang dilakukan  sejumlah mahasiswa beberapa waktu lalu, merupakan bentuk pengkhianatan terhadap para pendiri bangsa. “Bentuk negara republik dan dasar negara Pancasila sudah final,” kata Ketua Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Chrisman Damanik di Jakarta, Rabu (26/4). Chrisman menambahkan, para pendiri bangsa sudah mengorbankan jiwa dan raga untuk berdirinya negara bangsa ini, riwayat panjang perjuangan dalam mendirikan negara bangsa ini tercatat dalam sejarah bagaimana para pendahulu memberikan yang terbaik dan mengorbankan dirinya. “Pancasila telah disepakati sebagai konsensus bersama sudah bersifat final dan tidak dapat diganti karena sudah sesuai dengan kultur dan naturnya negara bangsa ini, saat ini kita harus mengantisipasi adanya upaya-upaya  mengganti dasar negara kita, ini tentu tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun,” imbuhnya. Me

TRI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Oleh: H. Agus (Jurnalis/Pemerhati Masalah Sosial Budaya dari Dompu, NTB) ================== Tri kerukunan umat beragama merupakan konsep yang digulirkan oleh pemerintah Indonesia dalam upaya menciptakan kehidupan masyarakat antar umat beragama yang rukun. Istilah lainnya adalah "Tri kerukunan". Kemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas puluhan etnis, budaya, suku, dan agama. Membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat yang damai dan rukun. Dipungkiri atau tidak, perbedaan sangat beresiko pada kecenderungan konflik. Terutama dipacu oleh pihak-pihak yang menginginkan kekacauan di masyarakat. Perbedaan atau kebhinekaan Nusantara tidaklah diciptakan dalam satu waktu saja. Proses perjalanan manusia di muka bumi Indonesia dengan wilayah yang luas menciptakan keberagaman suku dan etnis manusia. Maka lahir pula sekian puluh kepercayaan dan agama yang berkembang di setiap suku-suku di Indonesia. Kebijakan Pemerintah Pemerintah sendiri telah menyadari resistensi ko

Ketum PP Muhamadiyah : Pentingnya Toleransi di Indonesia

Ketua PP Muhamadiyah Jakarta- Pemuda Muhammadiyah baru saja memperingati milad ke-85 tahun. Saat memberi sambutan di tasyakuran milad ke-85, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menegaskan pentingnya toleransi. “Toleransi itu sudah menjadi genetika dari Pemuda Muhammadiyah,” kata Dahnil, Selasa (2/5). Untuk itu, dia mengingatkan agar setiap elemen Pemuda Muhammadiyah supaya tidak berhenti menegakkan amar makruf nahi mungkar. Termasuk, semangat teologi al-Maun untuk membela mustadhafin yang menjadi sikap dasar yang senantiasa dibawa KH Ahmad Dahlan. Selain itu, dalam rangka milad ke-85 tahun, Pemuda Muhammadiyah ingin dakwah Islam yang ada di Indonesia bisa menggembirakan. Salah satunya telah dilakukan Pemuda Muhammadiyah dengan menghadirkan semangat ekonomi, terutama melawan kapitalisme. “Kapitalisme bisa dilawan kalau umat sadar potensinya. Kita mayoritas, kita punya kedaulatan. Sedangkan selama ini, konsumen tidak berdaulat,” ujar Dah